Sumber : Dr. Najih Ibrohim-Risalah ila kulli man ya’malu lil Islam
Kami Tunggu Kedatangan Kalian…
Sekarang, kami semua sedang menunggu tibanya hari saat para aktivis muslim, khususnya para pemuda, datang bersemangat memperjuangkan Islam dan kaum muslimin. Kami menunggu-nunggu hari semacam hari Abu Bakar saat terjadi murtad massal, semacam hari Khalid saat perang Yarmuk, semacam hari Sa’ad saat perang Qodisiyah, semacam hari Sholahuddin saat perang Hithin, semacam hari Quthuz saat perang ‘Ain Jalut, semacam hari Muhammad al-Fatih saat penaklukan Konstantinopel dan semacam hari Sulaiman al-Halabi saat menghabisi Jenderal Prancis, Jean Baptiste Kleber.
Kami ingin — walau sesaat sebelum kami dijemput maut — mata kami dapat merasakan sejuknya menyaksikan Khilafah Islamiyah. Menyaksikan panji-panjinya berkibar di Timur dan Barat. Menyaksikan payungnya yang teduh memenuhi dunia dengan keadilan, kebenaran, cahaya dan petunjuk. Kami ingin menyaksikan saat khalifah memandang awan lalu berkata, “Wahai awan, pergilah ke timur atau ke barat, kamu pasti akan menjumpaiku di sana!”
Kami menunggu saat kata-kata itu menjadi nyata. Saat kekuasaan Islam sampai ke Timur dan Barat, sampai ke seluruh pelosok negeri. Saat kekuasaan khilafah memenuhi setiap jengkal bumi ini dengan kebaikan, hidayah dan cahaya.
Kami benar-benar merindukan suatu hari saat Alloh menaklukkan Roma — ibukota Nasrani di jagat ini — bagi kaum Muslimin. Rasululloh telah mengabarkan bahwa kota ini akan ditaklukkan setelah ditaklukkannya Konstantinopel.
Konstantinopel atau Istambul telah takluk di tangan Sultan Muhammad alFatih. Beliau berhak menyandang pujian Nabi dalam hadits yang terkenal : “Konstantinopel pasti akan ditaklukkan. Panglima perangnya adalah sebaik-baik panglima, dan pasukannya pun sebaik-baik pasukan.” (HR Ahmad dalam Musnad IV/335 dan Syekh alAlbani mendhoifkan dalam asSilsilah adhDhoifah no 878)
Saat itu Sultan alFatih telah bersiap-siap untuk menaklukkan Roma. Eropa pun diliputi kegelisahan, ketakutan dan kengerian. Namun, ajal menjemput sang Sultan sebelum proyek agung ini terealisasi.
Bukti bahwa Eropa diliputi kegelisahan dan kengerian adalah gereja-gereja di Eropa pada umumnya dan Roma pada khususnya terus-menerus membunyikan lonceng selama tiga hari berturut-turut sebagai tanda suka cita menyambut kematian Sultan muslim yang agung itu.
Kami menunggu hari semisal hari-hari itu dengan sangat cemas dan gelisah. Sesungguhnya kemenangan Islam adalah harapan tertinggi yang menjadi cita-cita seseorang, supaya matanya berbinar di dunia karenanya.
Hari ini, kita merasakan bahwa bukanlah isteri sholihah yang dimaksud dengan kebaikan di dunia yang termuat di dalam firmanNya : “Wahai Robb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat.” (alBaqoroh : 201)
Tapi, itu adalah kemenangan Islam dan din ini — sebagaimana dikatakan oleh sebagian ulama. Kebaikan yang tiada tandingannya. Kebaikan yang menepis segala kelesuan, kegundahan dan kesedihan. Meskipun ada di antara kita yang harus kehilangan keluarga, anak, harta atau kedudukannya di jalan ini.
Kami benar-benar merindukan hari-hari semisal hari saat Alloh memenangkan agamaNya, memuliakan wali-waliNya dan hizbNya melebihi kerinduan kami kepada isteri-isteri kami, anak-anak kami, bapak-bapak kami, ibu-ibu kami saat kami sudah tidak berjumpa dengan mereka selama bertahun-tahun.
Kami benar-benar merindukan sejuknya mata kami oleh hari semacam hari Uqbah bin Nafi, saat ia tegak di atas pelana kudanya, menceburkan kudanya di tepian samudera Atlantik seraya berkata, “Demi Allah, sekiranya aku tahu bahwa di seberang sana ada daratan, niscaya aku akan berperang di sana di jalan Alloh.” Kemudian Uqbah menatap langit seraya berkata, “Wahai Robbku, jikalau bukan karena lautan ini, niscaya aku akan ke seberang sana sebagai mujahid di jalanMu.”
Kami benar-benar menunggu hari-hari itu. Bagaimana dengan anda?
Selasa, 30 Maret 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar