Rabu, 17 Februari 2010

Tabligh Akbar, Kajian/Bedah Buku - 20&21 Februari 2010







Informasi Tabligh Akbar, Kajian/Bedah Buku - Sabtu-Ahad, 20-21 Februari 2010

Jumat, 05 Februari 2010

Wasiat Asy Syahid (Insya Allah) Syaikh DR. Abdullah Azzam

WASIAT HAMBA ALLAH-YANG FAQIR DI HADAPAN ALLAH:
ABDULLAH ‘AZZAM

Suatu sore, senin 12 Sya’ban 1406 H. bertepatan dengan 20 April 1986 M. sepulang dari rumah kediaman syeikh Jalaluddien Haqqoni, kutulis kata-kata ini :

Segala puji bagi Allah, hanya kepada-Nya kita memuji, memohong pertolongan, memohon ampunan, serta memohon perlindungan dari kejahatan jiwa kita dan keburukan amal perbuatan kita. Barangsiapa yang diberi peunjuk oleh Allah, maka tiada seorang pun yang dapat menyesatkannya. Dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka tiada seoarang pun jua yang bisa memberi petunjuk kepadanya.

Aku bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.

Ya Allah ! Tiada kemudahan selain yang telah Engkau jadikan mudah, dan jika Engkau berkehendak, niscaya kesedihan akan Engkau jadikan kemudahan.
Kecintaan kepada jihad benar-benar telah melekat pada diri dan hidupku, jiwa dan perasaanku, serta hati dan inderaku.

Ayat-ayat muhkamat dalam surat at taubah yang menerangkan kewajiban jihad dalam Islam, benar-benar telah memeras kesedihan hatiku untuk mencabik-cabik jiwaku dengan duka, sedangkan aku sadar akan kekuranganku dan kekurangan kaum muslimin terhadap kewajiban jihad di jalah Allah ini.

Ayat tentang kewajiban mengangkat pedang telah memansukh (menghapus) lebih kurang 120 atau 140 ayat sebelumnya yang berbicara tentang jihad. Ini benar-benar merupakan bantahan yang telak dan jawaban yang tuntas bagi orang yang mau bermain-main dengan ayat-ayat Allah yang berkenaan dengan perang di jalan Allah. Juga buat orang yang begitu berani mentakwilkan ayat-ayat muhkamat atau berani membelokkan arti dhohir yang qoth’ie baik maksud maupun keabsahannya.

Diantara ayat-ayat yang berkaitan dengan kewajiban melaksanakan jihad tersebut adalah :

وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَآفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَآفَّةً وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ

“ ….. dan perangilah musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka memerangi semuanya; dan ketahuilah bahwasannya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa “. (QS. 9:36).

فَإِذَا انْسَلَخَ اْلأَشْهُرُ الْحُرُمُ فَاقْتُلُوا الْمُشْرِكِيْنَ حَيْثُ وَجَدْتُمُوْهُمْ وَخُذُوْهُمْ وَاحْصُرُوْهُمْ وَاقْعُدُوْا لَهُمْ كُلَّ مَرْصَدٍ فَإِنْ تَابُوْا وَأَقَامُوا الصَّلاَةَ وَءَاتَوُا الزَّكَاةَ فَخَلُّوْا سَبِيْلَهُمْ إِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ

“ Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyirikin di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang “. (QS. 9:5).

Mencari-cari alasan untuk tidak berjihad dengan alasan yang bermacam-macam akan mengotori jiwa. Maka merelakan diri untuk tidak berjihad fie sabilillah merupakan sendau gurau dan main-main bahkan mempermainkan agama Allah. Padahal kita diperintahkan berpaling mengjauhi orang-orang seperti mereka, sesuai firman Allah :

وَذَرِ الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَعِبًا وَلَهْوًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا

“ Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikabn agama mereka sebagai main main dan sendau gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia “. ( QS. Al An’am : 70).

Sesungguhnya mencari-cari alasan dengan angan-angan tanpa melakukan i’dad adalah kondisi jiwa yang kerdil yang tiada punya semangat merengkuh puncak gunung.

إِذَا كَانَتِ النُّفُوسُ كِبَارًا
تَعِبَتْ مِنْ مُرَادِهَا اْلأَجْسَامِ

“ Jika semua itu memang jiwa yang besar
bersusah payahlah badan karena cita-citanya “.

Duduk-duduk berdampingan di masjidil Harom dan memakmurkannya dengan berbagai amal ibadah tidak mungkin dapat dibandingkan dengan jihad di jalan Allah. Dalam hadits shohih muslim diriwayatkan, ketika para shahabat berselisih pendapat tentang amal yang paling utama sesudah iman, “ Memakmurkan Masjidil Harom (adalah amalan yang paling utama) “.Yang lain berkata, “ Bukan ! Tapi (amalan yang paling utama adalah) memberi minuman orang-orang yang beribadah haji “. Yang lain lagi berkata, “ Bukan ! Tapi jihad di jalan Allah! “

Dengan adanya peristiwa itu maka turunlah ayat 19 hingga 22 surat At Taubah.

أَجَعَلْتُمْ سِقَايَةَ الْحَآجِّ وَعِمَارَةَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ كَمَنْ ءَامَنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلأَخِرِ وَجَاهَدَ فِي سَبِيلِ اللهِ لاَيَسْتَوُونَ عِندَ اللهِ وَاللهُ لاَيَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ {19} الَّذِينَ ءَامَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِندَ اللهِ وَأُوْلاَئِكَ هُمُ الْفَآئِزُونَ {20} يُبَشِّرُهُمْ رَبُّهُم بِرَحْمَةٍ مِّنْهُ وَرِضْوَانٍ وَجَنَّاتٍ لَّهُمْ فِيهَا نَعِيمُُ مُّقِيمٌ {21} خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا إِنَّ اللهَ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمُُ {22}

“ Apakah (orang-orang) yang memberi minuman kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidil haram, kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjihad di jalan Allah. Mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang zhalim. Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapatkan kemenangan. Rabb mereka mengembirakan mereka dengan memberikan rahmat daripada-Nya, keridhoan dan jannah, mereka memperoleh di dalamnya kesenangan yang kekal. Mereka kekal di dalanya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar “. (QS. 9:19-22)

Jadi, jelaslah bahwa jihad di jalan Allah itu lebih besar derajat dan pahalanya dibanding memakmurkan Masjidil Harom, khususnya kalau dilihat dari sebab turunnya ayat, yaitu adanya perselisihan pendapat di antara para shahabat seputar masalah ini.
Asbabun Nuzul (sebab turunnya) ayat ini tidak boleh dikhususkan untuk masalah lain, atau dita’wilkan (dipahami dengan arti jihad yang lain, umpamanya jihad melawan hawa nafsu – pent.) sebab di dalam nash tersebut sudah terdapat makna yang qoth’i.
Dan semoga Alloh merahmati Abdulloh ibnul Mubarok. Suatu ketika beliau berkirim surat kepada Al Fudzail bin ‘Iyadl, ia berkata :
يَاعَابِدَ الْحَرَمَيْنِ لَوْ أَبْصَرْتَنَا
لَعَلِمْتَ أَنَّكَ بِالْعِبَادَةِ تَلْعَبُ
مَنْ كَانَ يَخْضِبُ خَدَّهُ بِدُمُوعِهِ
فَنُحُورُنَا بِدِمَائِنَا تَتَخَضَّبُ
“ Wahai orang yang beribadah di Masjid Haromain
Seandainya engaku mengerti keadaan kami teىntu engkau tahu bahwa
Engkau bermain-main dengan ibadah itu
Kalau orang pipinya dilinangi genang air mata
Maka pangkal leher kami dilumuri darah yag tertumpah “

Tahukah anda pendapat seorang yang ahli fiqih, ahli hadits dan sekaligus mujahid ini (yaitu Abdullah bin Mubarok) tentang orang yang duduk-duduk bersanding di Masjid Harom, beribadah di dalamnya, sedang saat-saat yang sama tempat-tempat suci Islam dihancurkan, darah kaum muslimin ditumpahkan, kehormatan mereka diinjak-injak dan dihinakan serta Agama Allah dicabut sampai akar-akarnya ! Saya katakan bahwa beliau berpendapat, “…. Itu adalah bermain-main dengan Agama Allah ….. “.

Benar, membiarkan kaum mulimin dibantai, dibunuh dengan semena-mena – disuatu negeri nun jauh di sana – sedangkan kita hanya membaca Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Roji’un dan Laa Haula Wa Laa Quwwata Illa Billahil ‘Aliyyil ‘Adzim sambil membuka telapak tangan kita dari jarak jauh tanpa terdetik di hati kita untuk tampil membela mereka, sungguh ini adalah bermain-main dengan agama Allah serta mengumpatkan kedustaan dan kebekuan hati serta menipu diri sendiri.

كَيْفَ الْقَرَارُ وَكَيْفَ يَهْدَأُ مُسْلِمٌ
وَالْمُسْلِمَاتُ مَعَ الْعَدُوِّ الْمُعْتَدِي

“ Bagaimana tetap tinggal diam,
dan bagaimana hati seorang muslim tetap tenang
sedang kaum muslimat bersama musuh yang kejam “.

Saya berpendapat – seperti yang telah saya tuliskan dalam kitab Ad Difa’ ‘An Arodhil Muslimin ahammu Furudhul a’yan (Terj. Membela Bumi Kaum Muslimin Adalah Fardhu Ain yang Paling Utama)- Dan sebelum saya berpendapat seperti ini Ibnu Taimiyah telah berpendapat seperti ini. Beliau mengatakan bahwa jika musuh menyerang dan membinasakan seluruh urusan Dien dan dunia, maka tidak ada saat itu yang paling wajib setelah iman selain melawan mereka.

Saya berpendapat – sekarang ini – tidak ada bedanya antara orang yang meninggalkan jihad dengan orang yang meninggalkan sholat, puasa dan zakat ?
Saya berpendapat semua penghuni dunia memikul tanggung jawab di hadapan Allah kemudia dihadapan sejarah.

Saya berpendapat tidak ada alasan yang bisa diterima untuk meninggalkan jihad, baik alasan berda’wah, sibuk mengarang, sibuk mendidik dan sebagainya.
Saya berpendapat di atas leher setiap muslim di dunia ini sekarang ini terikat beban dan tanggung jawab disebabkan mereka meninggalkan jihad (perang di jalan Alloh). Dan semua orang Islam telah memikul dosa karena enggan memanggul senjata.

Jadi, setiap orang yang berjumpa dengan Alloh – selain ulid dzhoror – sedangkan tidak ada senjata ditangannya, ia berjumpa Alloh dengan menanggung dosa karena dia meninggalkan perang. Karena hukum perang sekarang ini adalah fardhu ‘ain bagi setiap muslim di muka bumi – selain orang-orang yang mempunyai udzur- . Sedangkan orang yang meninggalkan kewajiban itu berdosa karena kewajiban itu definisinya adalah perbuatan yang pelakunya mendapat pahala dan orang yang meninggalkannya akan dihisab atau berdosa.

Sesungguhnya saya berpendapat – wallohu a’lam – sesungguhnya orang yang dimaafkan Alloh dalam meninggalkan jihad adalah orang buta, orang pincang, orang sakit dan orang-orang lemah dari kalangan laki-laki, perempuan dan anak-anak yang tidak bisa berupaya dan tidak tahu jalan. Maksudnya tidak bisa berpindah ke medan perang dan tidak tahu jalan menuju ke sana. Maka berdosalah orang-orang yang meninggalkan tugas perang, baik di Palestina atau Afghanistan atau di belahan bumi manapun yang diinjak dan dinodai oleh orang-orang kafir dengan najisnya.

Dan saya berpendapat pada hari ini tidak diperlukan lagi ijin kepada siapapun untuk berperang atau berjihad di jalan Allah tidak perlu ijin orang tua bagi anaknya, suami bagi istrinya, atau orang yang menghutangi bagi orang yang berhutang, guru bagi muridnya, serta ijin pemimpin bagi yang dipimpinnya.

Ini adalah ijma’ seluruh ulama di segala zaman. Bahwa dalam keadaan seperti ini seorang anak pergi berperang tanpa ijin orang tuanya dan seorang perempuan pergi berperang tanpa ijin suaminya, barangsiapa berusaha mencari-cari kesalahan dalam permasalahan ini benar-benar ia telah melampaui batas dan berbuat zalim, serta mengikuti hawa nafsu tanpa berdasarkan petunjuk dari Allah.

Masalah ini sudah cukup gamblang dan tegas yang di dalamnya tiada lagi kekaburan atau kerancuan. Karena itu tidak ada peluang bagi siapa pun untuk membelokkan, menyelewengkan, atau bermain-main dengannya dan menta’wilkannya.

Sesungguhnya amiirul mu’minin tidak dimintai ijin untuk berjihad dalam tiga keadaan :
1.Bila ia menihilkan jihad
2.Bila ia menutup perijinan untuk berjihad
3.Bila sebelumnya kita telah ketahui bahwa ia akan menolak permohonan ijin.

Saya berpendapat bahwa kaum muslimin pada hari ini bertanggung jawab atas setiap kehormatan yang dinodai di Afghanstan dan sertiap darah yang tercucur di sana. Sesungguhnya – wallohu a’lam – mereka semuanya berperan dalam menumpahkan darah di Afghanistan sebab mereka kurang memperhatikan, sedangkan kaum muslimin mampu mengirim senjata untuk membela mereka, atau dokter untuk mengobati mereka, atau harta untuk membeli makanan atau buldoser untuk menggalikan parit perlindungan bagi mereka.

Dalam Hasyiyah Ad Dasyuki As Syarkhil Kabir halaman 111 – 112 juz II diterangkan :
“ Orang yang memiliki kelebihan makanan dan melihat seseorang kelaparan (tapi) ditinggalakan sampai mati, kalau orang yag memiliki makanan itu mengira orang yang kelaparan itu tidak mati, maka ia harus mambayar diyatnya (denda) dari harta kerabatnya. Dan kalau sengaja membiarkan mati maka ada dua riwayat dalam madzhab (pertama) dia harus membayar diyat dari hartanya sendiri, dan (pendapat kedua) dia harus diqishos mati, karena dia (hakikatnya) adalah pembunuh “.

Maka, hisab dan siksa macam apakah yang sedang dinanti oleh orang-orang yang memiliki kekayaan dan harta benda, lalu ia salurkan harta tersebut untuk bersenang-senang dan membelanjakan sia-sia hanya demi menuruti hawa nafsu dan kemewahan itu ?

WAHAI KAUM MUSLIMIN

Hidup kalian adalah jihad, kemuliaan kalian adalah jihad, serta wujud dan eksistensi kalian terikat erat dengan jihad.

WAHAI PARA JURU DAKWAH !

Tiada arti dan nilai hidup kalian jika kalian tidak mengayunkan pedang untuk membabat kesuburan para thoghut, kaum kuffar dan para penindas.
Sesungguhnya orang-orang yang mengira bahwa Islam ini bisa menang tanpa jihad dan perang, tanpa pertumpahan darah dan serpihan-serpihan daging mereka, sebenarnya mereka itu dalam kekaburan dan tidak mengerti tabiat naluri Dinul Islam.
Wibawa para juru dakwah, kekuatan dakwah dan kejayaan kaum muslimin tidak bakal terwujud tanpa perang.

Rosulullah shollAllahu ‘alaihiw asallam bersabda :

وَلَيَنْزِعَنَّ اللهُ مِنْ قُلُوبِ أَعْدَاءِكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللهُ فِي قُلُوبِكُمُ الْوَهْنَ قَالُوا وَمَا الْوَهْنُ يَا رَسُولَ اللهِ ؟ قَالَ : حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ. وَفِي رِوَايَةٍ كَرَاهِيَةُ الْقِتَالِ
“ Dan benar-benar Allah akan mencabut rasa takut dari musuh-musuh kalian, dan melemparkan penyakit wahn ke dalam hati kalian ! para shahabat bertanya : Apakah penyakit wahn itu ya Rosul Allah ! beliau menjawab : “ Cinta dunia dan benci dengan kematian “. Dalam riwayat lain, “ benci dengan peperangan “.

Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

فَقَاتِلْ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ لاَ تُكَلَّفُ إِلاَّ نَفْسَكَ وَحَرِّضِ الْمُؤْمِنِيْنَ عَسَى اللهُ أَنْ يَكُفَّ بَأْسَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَاللهُ أَشَدُّ بَأْسًا وَاَشَدُّ تَنْكِيْلاً
“ Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat para mukmin (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan amat keras siksaan(Nya) “. (QS. 4:84).

Kemusyrikanpun akan merajalela dan berjaya jika tidak ada perang. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لاَتَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ للهِ

“ Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah ”. (QS. Al Anfal : 39).
Dan yang dimaksud dengan fitnah di sini adalah kemusyrikan.

Sesungguhnya jihad merupakan jaminan satu-satunya bagi kebaikan di permukaan bumi ini.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَلَوْلاَ دَفْعُ اللهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَّفَسَدَتِ اْلأَرْضُ
“ Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan sebagaian yang lain, pasti rusaklah bumi ini ”. (QS. Al Baqoroh : 251).
Sesungguhnya jihad juga merupakan jaminan satu-atunya guna memelihara syi’ar-syi’ar dan tempat-tempat peribadahan :

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

وَلَوْلاَ دَفْعُ اللهِ النَّاسَ بَعْضَهُم بِبَعْضٍ لَّهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَوَاتٌ وَمَسَاجِدَ يُذْكَرُ فِيهَا اسْمُ اللهِ كَثِيرًا

“ Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah ”. (QS. Al Haj : 40).

WAHAI PARA JURU DAKWAH ISLAM !

Gandrungi dan kejarlah kematian, nisacaya kalian akan dikaruniai kehidupan. Janganlah terpedaya oleh angan-angan, dan janganlah tertipu oleh apapun dalam mentaati Alloh.

Janganlah kalian sampai tertipu dengan kitab-kitab yang kalian baca, dan dengan ibadah-ibadah sunnah yang kalian tekuni. Kesibukan kalian dalam urusan-urusan kecil yang membuai hati jangan sampai melupakan kalian dari masalah-masalah yang besar dan agung,
وتودون أن غير ذات الشوكة تكون لكم...
…dan kalian menginginkan bahwa yang tanpa senjatalah yang akan kalian hadapi…
Janganlah kalian mentaati siapapun dalam urusan jihad. Tidak perlu ijin dari komandan untuk pergi berjihad. Sesungguhnya jihad itu adalah penegak dakwah kalian dan benteng agama kalian serta perisai syari’at-syari’at kalian.

WAHAI ULAMA ISLAM !

Tampillah memimpin generasi yang sedang kembali kepada jalan Robnya ini, dan janganlah takut menegakkan Dien, janganlah gandrung dan cinta kepada dunia serta jagalah diri kalian, jangan sampai mencicipi hidangan-hidangan thoghut, karena hal itu akan menjadikan hati kalian gelap dan mati, akan menjadi dinding pemisah bagi kalian dari generasi ini, serta penutup antara hati kalian dan hati mereka.

WAHAI KAUM MUSLIMIN !

Telah lama tidur kalian. Burung-burung pipit telah menjelma menjadi burung-burung Elang di bumi kalian. Alangkah indahnya makna bait-bait puisi ini :
طَالَ الْمَنَامُ عَلَى الْهَوَانِ فَأَيْنَ زُمْرَةِ اْلأُسُودِ
وَاسْتَنْسَرَتْ عُصْبَ الْبُغَاتِ وَنَحْنُ فِي ذُلِّ الْعَبِيْدِ
قِيْدُ الْعَبِيْدِ مِنَ الْجُنُوعِ وَلَيْسَ مِنْ زَرْدِ الْحَدِيْدِ
فَمَتَى نَثُورُ عَلَى الْقُيُودِ مَتَى نَثُورُ عَلَى الْقُيُودِ
“ Kian panjang tidur terlena dalam kehinaan
dimanakah gerangan barisan singa itu
sementara burung-burung pipit telah menjelma menjadi Elang
sedangkan kita terbelenggu bagai budak
belenggu budak itu berupa buhul nestapa
bukannya rantai dari besi
lalu, kapan kita berontak belenggu itu ?
kapan kita berontak belenggu itu?!

WAHAI KAUM WANITA !

Jagalah diri kalian dari kemewahan, karena kemewahan adalah musuh jihad. Kemewahan mengkerdilkan jiwa manusia. Hati-hatilah terhadap keadaan yang berlebih-lebihan. Cukuplah dengan yang perlu-perlu saja.

Didiklah anak-anak kalian dengan kesederhanaan, dengan sifat kejantanan dan kepahlawanan serta kemauan untuk berjihad. Jadikanlah rumah kalain sebagai kandang singa, bukannya kandang ayam yang setelah gemuk dijadikan sembelihan penguasa durhaka. Tanamkanlah dalam jiwa putra-putri kalian kecintaan berjihad, mencintai lapangan pacuan kuda dan medan-medan pertempuran.

Hiduplah dengan selalu menyertai segala kesulitan kaum muslimin. Usahakan dalam satu minggu sekali – minimal – untuk hidup seperti hidupnya kaum muhajirin dan mujahidin, yaitu hanya dengan sepotong roti kering dengan lauk yang tidak berlebihan dan beberapa teguk air teh.

WAHAI PARA REMAJA !

Tumbuhlah kalian dalam desingan peluru-peluru, dentuman meriam, raungan kapal terbang dan deru suara tank. Jauhilah kenikmatan hidup, dendangan musik dan kasur-kasur yang empuk.


ADAPUN ENGKAU WAHAI ISTRIKU !


Sebenarnya banyak hal yang ingin aku sampaikan kepadamu wahai ummu Muhammad. Semoga Allah melimpahkan balasan pahala kepadamu karena pengorbananmu kepadaku dan kepada kaum muslimin, juga karena dukunganmu kepadaku. Eangkau telah lama bersabar bersamaku menempuh jalan ini, dan engkau telah merasakan pahit dan manisnya hidup bersamaku. Dan engkau adalah sebaik-baik penolong bagiku dalam menempuh perjalanan yang penuh berkah ini, dan untuk berjuang di medan jihad.

Engkau telah kutinggalkan di rumah sejak tahun 1969 M., pada saat itu kita baru mempunyai dua anak kecil perempun dan seorang bayi laki-laki. Engkau hidup di sebuah kamar yang terbuat dari tanah liat yang tidak ada dapur dan perabotnya. Dan kutinggalkan engkau dirumah ketika hamil tua dan bertambah anggota keluarga, anak-anak sudah mulai besar, dan semakin banyak kenalan kita dan semakin bertambah pula tamu-tamu kita. Engkau terima semua itu hanya karena Alloh kemudian karena aku. Maka semoga Alloh membalas jasamu terhadap diriku dan terjadap kaum muslimin dengan sebaik-baik balasan. Kalau bukan karena Allah, kemudian karena kesabaranmu atas kepergianku yang sekian lama dari rumah, tidaklah aku mampu memikul beban begitu berat sendirian.

Benar-benar aku telah mengerti bahwa engkau seorang wanita zahidah (ahli zuhud), bagimu materi dunia ini tidak ada nilainya dalam hidupmu. Engakaupun tidak pernah mengeluh pada hari-hari yang berat karena sedikitnya uluran tangan pertolongan. Dan engkau pun tidak pernah bermewah-mewah juga tidak membanggakan diri pada hari-hari Allah membukakan sedikit pintu kenikmatan dunia. Dinia ini tidak pernah tinggal dalam hatimu, padahal sebagian besar kesempatan ada di tanganmu.

Sesungguhnya kehidupan jihad adalah kehidupan yang paling lezat, serta menahan sabar atas kesempitan lebih indah daripada bergelimang diantara bermacam-macam kenikmatan dan tumpukan kemewahan.

Berpegang teguhlah pada sifat zuhud, niscaya Allah akan mencintaimu. janganlah mencintai apa yang dimiliki manusia, niscaya manusia mencintaimu.

Al Qur’an adalah kenikmatan hiburan dalam kehidupan. Bangun sholat malam (tahajud), puasa sunnah, serta beristighfar pada waktu-waktu sahur (sepertiga malam terakhir) menjadikan hati lembut, beribadah menjadi manis. Bersahabat dengan orang-orang yang baik, tidak berlebih-lebihan di dunia, jauh dari glamour dan orang-orang yang sibuk dengan dunia semua itu akan menjadikan hati tenang..
Harapan kita hanya kepada Allah, mudah-mudahan kita dikumpulkan di Jannah Firdaus, sebagaimana Dia telah mengumpulkan kita di dunia.

ADAPUN KALIAN WAHAI ANAK-ANAKKU !

Sungguh kalian hanya mendapatkann sedikit saja dari waktuku, juga hanya sedikit pendidikan dariku.

Ya ! aku sibuk dan tidak sempat mengurus kalian. Tapi apakah yang harus aku perbuat, sedangkan bencana yang menimpa kaum muslimin seakan membuat wanita yang menyusui tak ingat akan nasib susuannya. Dan malapetaka yang menyiksa umat Islam begitu dahsyat seolah-olah jambul anak-anak muda beruban karenanya.

Demi Allah, tak kuat aku hidup bersama kalian sebagaimana induk ayam dalam sangkarnya hidup bersama anak-anaknya. Tak sanggup aku hidup dengan hati dingin sedangkan api ujian membakar hati kaum muslimin tak rela aku tinggal besama kalian sepanjang waktu sedangkan derita dan kaum muslimin merobek-robek setiap orang yang memiliki hati nurani atau masih tersisa akalnya. Tidaklah kesatria hidup diantara kalian sambil bergelimang dengan kenikmatan yang sebagian dihamparkan untukkku dan sebagian lagi diangkat, diantara tumpukan daging dan beraneka ragam jajanan.

Demi Allah, dalam hidupku aku telah membenci kemewahan baik berupa pakaian, makanan, ataupun tempat tinggal. Aku telah berusaha semampuku untuk mengangkat kalian kepada tingkatan para zahidin (ahli zuhud) dan menjauhkan kalian dari gelimangan orang-orang yang hidup dalam kemewahan.

Aku wasiatkan kepada kalian berpeganglah pada aqidah kaum salaf, yaitu aqidah ahlus sunnah wal jama’ah, dan jauhilah sifat berlebih-lebihan. Aku wasiatkan kepada kalian, untuk membaca dan menghafalkan Al-Qur’an. Jagalah juga lidah kalian. Begitu juga sholat malam, berpuasa, bergaul dengan teman-teman yang baik, dan bergabunglah bersama gerakan Islam. Tapi hendaklah kalian ketahui bahwa pemimpin gerakan itu tidak berhak melarang kalian berjihad, atau mengasikkan kalian dalam bidang dakwah hingga melalaikan dari medan-medan kejantaan dan medan-medan perang. Kalian tidak perlu minta ijin kepada seorang pun untuk berjihad di jalan Allah.

Belajarlah bagaimana menghentakkan senjata dan mengendarai kendaraan perang. Tapi, menembak lebih aku sukai.

Aku wasiatkan kepada kalian, wahai anak-anakku agar kalian taat kepada ibumu, menghormati kakak-kakak perempuanmu (ummu Al Hasan dan ummu Yahya). Hendaklah kalian menekuni ilmu syari’ah yang bermanfaat. Hendaklah kalian taat kepada kakak laki-lakimu (Muhammad).

Saya nasehatkan kalian untuk saling mencintai dan berbakti kepada kakek dan nenek kalian, hormatilah keduanya. Dan berbaktilah kepada kedua bibimu (ummu faiz dan ummu Muhammad). Karena kedua beliau itu memiliki jasa dan keutamaan besar kepadaku sesudah Allah.

Sambunglah kekerabatan kita dan berbuat baklah kepada keluarga dan tunaikanlah hak persahabatan kita kepada orang yang bersahabat dengan kita

ADAPUN KEPADA MAKTAB AL-KHIDMAT

(Pada aslinya tertulis: “Saya wasiyatkan agar yang menjadi penanggung jawab setelahku adalah Abu Hudzaifah yang telah menghabiskan waktu mudanya untuk maktab ini. Khususnya dia telah menyumbangkan hartanya untuk para mujahidin. [Pada teks aslinya tidak tertulis “Wakilnya” adalah] Abu Sayyaf Fat-hi dan dibantu oleh Abu Hamzah dan Abu Hajir. Namun Syaikh Abdulloh Azzam mencoret tulisan ini. Lihat aslinya)

Dan kepada ikhwah sekalian, hendaknya mereka menjaga orang-orang yang menjadi pendahulu dalam berjihad ini, dan setiap mujahid mendapat keutamaan dengan lebih cepatnya dia berada dalam medan perang ini. Dan kepada para ikhwah hendaknya mereka menghormati para pendahulu mereka dalam jihad ini, khususnya (pada teks aslinya tertulis: Abu Hudzifah, namun Syaikh Abdulloh Azzam mencoret dengan penanya. Lihat aslinya) Usamah, Abul Hasan Al-Madani, Nurud Din, Abul Hasan Al-Maqdisi, Abu Sayyaf Dan Abu Burhan. Adapun Abu Mazin sungguh saya mengetahuinya (dalam teks aslinya tertulis; Wallohi [demi Alloh] namun Syaikh Abdulloh Azzam mencoretnya dengan penanya) dia adalah orang yang lebih bersih dari air yang turun dari langit. Dia ahli puasa, sholat malam dan bersemangat dalam berjihad. Alloh menggiringnya untuk jihad maka dia membantu dengan diam-diam. (dalam teks aslinya tertulis: “meskipun orang-orang mempeributkannya dan kalian jangan terpedaya dengan mereka” namun Syaikh Abdulloh Azzam mencoretnya dengan penanya. Lihat aslinya) dan dia adalah salah satu penopang jihad.

Tundukkanlah pandangan kalian dari ketergelinciran-ketergelinciran mereka dan jagalah posisi mereka. Dan jangan kalian lupakan keutamaan Abul Hasan Al-Madani dan perannnya dalam membantu jihad. Terimalah nasehat-nasehat Abu Hajir. Dan hendaknya dia yang mengimami sholat kalian karena dia itu lembut dan khusyu’ (pada teks aslinya tertulis; “begitu pula saudara Abul Barro’ “, namun Syaikh Abdulloh Azzam mencoretnya dengan penanya. Lihat aslinya)

Dan banyaklah mendo’akan (pada teks aslinya tertulis: “dan banyaklah mendo’akan orang-orang yang menanggung maktab ini dengan harta pribadinya” namun tulisan ini ditulis dalam kurung oleh Syaikh Abdulloh Azzam dan kami tidak tahu apakah beliau bermaksud mencoretnya atau membiarkannya. Lihat teks aslinya. Dan yang benar saudara Usamah menanggung maktab ini pada awal dimulainya kerja maktab al-khidmat ini sampai pada tahun 1986 M kemudian setelah itu beliau berhalangan untuk membantu) orang yang menanggung maktab ini dengan menggunakan uang pribadinya yaitu saudara Abu ‘Abdulloh Usamah bin Muhammad bin Ladin. Saya berdo’ah semoga Alloh memberkahi keliarga dan hartanya.

Dan kami mengharap kepada Alloh untuk memperbanyak orang-orang semacam dia. Demi Alloh saya belum mendapatkan orang yang semacam dia di dunia Islam. Oleh karena itu kami berharap kepada Alloh untuk menjaga agamanya dan hartanya. (dalam teks aslinya tulisan: “semoga Alloh memberkati …. .sampai perkataannya yang berbunyi ; tiang perkemahan maktab” kalimat ini digarisbawahi dan kami tidak tahu apa maksud syaikh Abdulloh Azzam. Apakah beliau bermaksud mencoretnya atau tidak. Namun kami menguatkan bahwa beliau tidak bermaksud mencoretnya. Lihat aslinya) dqn semoga Alloh memberkati kehidupannya. Dan kalian jangan lupa bahwa Abu Hudzaifah telah benyak menanggung proyek-proyek maktab ini dengan uang pribadinya. (dalam teks aslinya kata-kata “dengan uang pribadinya” ditulis dalam kurung oleh syaikh Abdulloh Azzam, maka kami kuatkan bahwa beliau tidak bermaksud membuangnya. Lihat aslinya) maka banyaklah mendo’akannya, karena dia merupakan tiang perkemahan maktab.

ADAPUN KEPADA PERHIMPUNAN JIHAD !


Hendaklah kalian banyak memperhatikan Sayyaf, Hikmatyar, Robbani, Kholis. Karena kita mengharapkan mereka (dalam teks aslinya tertulis “keduanya”) akan melanjutkan perjalanan jihad dan memelihara agar tidak menyimpang.

Dan janganlah kalian melupakan komandan di dalam negeri, khususnya Jalaluddien, Ahmad Syah Mas’ud, Ir. Basyir, Shofiyullah ‘Afdholi, Maulawi Arsalan,(dalam teks aslinya tertulis: “dan perbaikilah hubungan kalian dengan Nasrulloh Manshur” namun dicoret oleh Syaikh Abdulloh Azzam. Lihat aslinya) Farid, Muhammad ‘Alam dan Sir Alam (Di Bagman), serta sayid Muhammad Hanif (di Logar).

سُبْحَانَكَ اَللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

" Mahasuci Engkau ya Allah, dan dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada Ilah selain Engkau, aku mohom ampun dan bertaubat kepada-Mu “.


Hari Selasa 13 Sya’ban 1406 H.
bertepatan dengan 22/4/1986 M.


( Abdullah bin Yusuf Azzam )

Rabu, 03 Februari 2010

Syarah Kutipan Berharga Imam Dakwah Tauhid Nejd

Oleh :
Ust. Abu Sulaiman hafizhahullah


Syaikh Muhammad ibnu ‘Abdil Wahhab rahimahullah berkata dalam Ad Durar As Saniyyah :

“Siapa yang mengamalkan Tauhid dan berlepas diri dari syirik dan para pelakunya, maka dia itu muslim kapan saja dan di mana saja dia berada. Yang kami kafirkan hanyalah :

Orang yang menyekutukan Allah dalam uluhiyyah-Nya setelah kami menjelaskan kepadanya hujjah tentang bathilnya syirik.

Begitu juga kami mengkafirkan orang yang memperindah syirik itu di hadapan manusia.
Atau orang yang menegakkan syubhat-syubhat yang bathil untuk membolehkannya.
Dan demikian pula orang-orang yang melindungi tempat-tempat kemusyrikan tersebut semuanya dan memerangi orang yang mengingkari tempat-tempat itu dan yang berupaya menghancurkannya.”

Perkataan Syaikh Muhammad ini dikutip pula oleh Syaikh ‘Abdul Lathif ibnu ‘Abdirrahman ibnu Hasan rahimahumullah dalam Mishbah Adh Dhallam fie Man Kadzaba ‘ala Asy Syaikh Al Imam hal 104.

Kalimat Mutiara yang beliau lontarkan ini mengandung dua isi :
Siapa muslim itu ?
Siapa orang musyrik yang beliau kafirkan ?

Siapakah Orang Muslim
Syaikh mengatakan : “Yang mengamalkan Tauhid dan berlepas diri dari syirik dan para pelakunya”
Definisi ini berdasarkan pada Al Kitab, As Sunnah dan ijma para ulama serta penjelasan ulama sebelum beliau.

Dalil-dalil dari Al Kitab :
Firman Allah Swt :
Artinya : “Siapa yang kufur kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka dia telah berpegang kepada buhul tali yang sangat kokoh”. (Al Baqarah : 256)
Buhul tali yang sangat kokoh adalah al Islam atau laa ilaaha illallaah.

Mengamalkan Tauhid adalah makna beriman kepada Allah, sedangkan berlepas diri dari syirik dan para pelakunya adalah makna kufur kepada thaghut. Semua ini adalah makna laa ilaaha illallaah.

Saya telah menjelaskan makna kufur kepada thaghut, makna iman kepada Allah serta makna thaghut tersebut dalam risalah yang lalu, silahkan rujuk kembali.

Orang yang mengaku beriman kepada Allah dan ia shalat, zakat serta melakukan amal shalih lainnya, namun dia belum menanggalkan seluruh bentuk syirik akbar, seperti tumbal, sesajen, minta-minta kepada orang yang telah meninggal, ikut dalam sistem demokrasi, menjadi pelaksana hukum buatan manusia (mis. Pancasila), atau mendukung nasionalisme, maka dia belum kufur kepada thaghut, berarti dia bukan orang Islam.

Apalah artinya amal ibadah kalau pelakunya tidak kufur kepada thaghut, bahkan tidak mengetahui siapakah thaghut dan justeru menjadi pelindung thaghut. Maka apa gerangan dengan ‘status’ thaghut itu sendiri yang melekat pada diri banyak manusia.

Dalam ayat di atas Allah mendahulukan kufur kepada thaghut atas iman kepada Allah, supaya tidak ada orang yang mengatakan “Kami beriman kepada Allah, jadi kami adalah mukmin”, padahal dia belum kufur kepada thaghut.
Allah berfirman tentang inti dakwah para Rasul :
Artinya : “Dan sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul. (Mereka menyatakan) : “Beribadahlah kepada Allah dan jauhilah thaghut””. (An Nahl : 36)
Ibadah kepada Allah Swt artinya mengamalkan Tauhid, sedangkan menjauhi thaghut artinya berlepas diri dari syirik dan para pelakunya.
Allah Swt berfirman tentang isi tugas semua Rasul :
“Dan Kami tidaklah mengutus sebelummu seorang Rasul pun melainkan Kami wahyukan kepadanya :”Sesungguhnya tidak ada ilah yang berhak diibadati kecuali Aku, maka beribadahlah kalian kepada-Ku”” (Al Anbiya : 25)
Laa ilaaha illallaah terdiri dari dua makna. Laa ilaaha artinya berlepas diri dari syirik dan para pelakunya. Illallaah artinya mengamalkan Tauhid.
Jadi sekedar beribadah kepada Allah sedangkan dia tidak baro (berlepas diri) dari syirik dan para pelakunya, maka (pada hakikatnya,ed) dia bukan muslim, meskipun mengaku Islam dan rajin beribadah, seperti halnya para ‘ubbadul qubur, kaum demokrat, para nasonalis, Pancasilais, dan para aparat keamanan Negara bersistem thaghut demokrasi dll.

Dalil-dalil dari Hadits Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wasallam :

Beliau bersabda dalam hadits riwayat Imam Muslim lewat jalur Abu Malik Al-Asyja’i radliyallaahu 'anhu :
“Siapa yang mengatakan laa ilaaha illallaah dan dia kufur kepada segala sesuatu yang diibadati selain Allah, maka haramlah darah dan hartanya, sedangkan perhitungannya atas Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa.”

Dalam penjelasan di atas sudah dijelaskan bahwa Laa ilaaha artinya kufur kepada thaghut (berlepas diri dari syirik dan pelakunya), sedangkan illallaah adalah mengamalkan Tauhid (ibadah hanya kepada Allah), namun dalam hadits ini Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam ingin menguatkan pentingnya kufur kepada thaghut dengan perkataannya : “dan dia kufur kepada segala sesuatu yang diibadati selain Allah”. Bila dua hal itu terrealisasi maka seseorang baru bisa disebut sebagai muslim yang haram darah dan hartanya, namun bila tidak terrealisasi salah satunya, maka yang siap adalah ‘pedang’ Tauhid.
Para imam dakwah Tauhid mengatakan saat menjelaskan hadits ini, maka darah dan harta seseorang hamba tidak terjaga sehingga dia mendatangkan dua hal ini. “Terus saat menjelaskan makna yang pertama : Maksudnya adalah memurnikan seluruh ibadah hanya kepada Allah. Dan untuk makna ke dua : Maksudnya adalah mengkafirkan para pelaku syirik dan berlepas diri dari mereka dan dari apa yang mereka ibadati bersama Allah.” (Ad Durar 9/291)

Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda :
“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadati selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah, mereka mendirikan shalat dan memunaikan zakat kemudian bila mereka melakukan hal itu, maka mereka telah menjaga darah dan harta mereka dari aku, kecuali dengan hak Islam, sedangkan perhitungan mereka adalah atas Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa ”. ( HR. Al Bukhari dan Muslim)
Dan masih banyak hadits-hadits lain yang semakna.

Dalil dari ijma para ulama :
Syaikh ‘Abdurrahman ibnu Hasan rahimahullah berkata :
“Para ulama telah ijma, baik salaf maupun khalaf dari kalangan para sahabat, tabi’in, para imam dan seluruh Ahlus Sunnah bahwa seseorang tidak menjadi muslim kecuali dengan cara membersihkan diri dari syirik akbar, baro darinya dan dari pelakunya, membencinya dan memusuhinya sesuai dengan kemampuan dan kekuatan serta memurnikan amalan seluruhnya kepada Allah”. (Ad Durar 11/545)

Syaikh Sulaiman ibnu ‘Abdillah rahimahullah berkata dalam Taisir Al ‘Aziz Al Hamid :
“Dan sekedar mengucapkannya (Laa ilaaha illallaah ) tanpa mengetahui maknanya dan tanpa mengamalkan tuntunannya berupa berkomitmen dengan Tauhid, berlepas diri dari syirik, serta kufur kepada thaghut, maka sesungguhnya hal itu tidak bermanfaat berdasarkan ijma”.

Al Imam Ibnu Hazm rahimahullah berkata :
“Setiap orang yang meyakini dengan hatinya dengan keyakinan yang pasti dan mengucapkan dengan lisannya Laa ilaaha illallaah wa anna Muhammadan Rasulullah dan dia berlepas diri dari setiap dien selain dien Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam, maka dia itu muslim lagi mukmin, tidak ada atasnya selain itu”. (Al Fashl 4/35, lihat Juz Ashli Dienil Islam)

Para hakim, jaksa, pengacara, aparat keamanan thaghut, Pemuda Pancasila, para penegak hukum buatan, maka mereka tidaklah berlepas diri dari selain dien Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam , karena hukum adalah dien.

Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman :
“Tidaklah patut Yusuf menghukum saudaranya menurut undang-undang (dien) raja”. (Yusuf : 76)

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata :

“Islam adalah mentauhidkan Allah, beribadah kepada-Nya saja, tidak ada sekutu bagi-Nya, iman kepada Allah dan Rasul-Nya dan mengikuti beliau dalam apa yang beliau bawa. Bila seorang hamba tidak membawa hal ini, maka dia bukan muslim, bila dia bukan kafir mu’anid, maka dia adalah kafir yang jahil. Status thabaqah orang-orang semacam ini adalah orang-orang kafir yang jahil dan tidak mu’anid, sedangkan ketidakmembangkangan mereka tidaklah mengeluarkan status mereka sebagai orang-orang kafir”. (Thariq Al Hijratain, thabaqah yang ke-17)

Orang yang berbuat syirik, artinya dia tidak mentauhidkan Allah, maka dia bukan muslim. Contoh : Orang yang membuat tumbal atau sesajen bukanlah orang muslim. Begitu pula seorang pengacara, karena dia juga ikut andil dalam proses sidang untuk menghasilkan putusan perkara dengan selain hukum Allah, yaitu dengan hukum thaghut, maka pada hakikatnya dia bukanlah muslim.

Status orang yang berbuat syirik bukanlah muslim, minimal statusnya adalah musyrik, bila belum tegak hujjah risaliyyah baginya. Bila hujjah risaliyyah telah tegak, maka dia adalah musyrik kafir, sedangkan bila sebelum berbuat syirik statusnya adalah muwahhid, maka dia musyrik kafir murtad.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata :

“Dalam Islam itu haruslah ada istislam (penyerahan diri) kepada Allah saja dan meninggalkan istislam kepada selain-Nya. Inilah hakikat ucapan kita : Laa ilaaha illallaah; siapa yang berserah diri kepada Allah dan kepada yang lainnya, maka dia musyrik, sedangkan Allah tidak mengampuni penyekutuan terhadap-Nya. Dan siapa yang tidak istislam kepada Allah, maka dia itu adalah orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Nya, sedangkan Allah mengatakan : “Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari ibadah kepada-Ku, mereka akan masuk Jahannam dalam keadaan hina””.(Al Qaul Al Fashl An Nafis : 160)

Syaikh ‘Abdul Lathif ibnu ‘Abdirrahman ibnu Hasan rahimahullah berkata:
“Islam adalah komitmen dengan tauhid, baro dari syirik, bersaksi akan kerasulan beliau shallallaahu 'alaihi wasallam serta mendatangkan rukun lainnya yang empat.” (Mishbah Adh Dhalam:328)

Inilah penjelasan dari ungkapan Syaikh Muhammad ibnu ‘Abdil Wahhab rahimahullah tentang siapakah orang muslim.

Sebelum menginjak pada bahasan selanjutnya ada pertanyaan-pertanyaan yang ingin saya lontarkan :
Apakah orang yang meminta-minta kepada orang yang sudah mati itu baro dari syirik ?
Apakah orang yang membuat tumbal itu baro dari syirik ?
Apakah orang yang membuat sesajen itu baro dari syirik ?
Apakah para pendukung demokrasi itu baro dari syirik ?
Apakah para pelaksana hukum buatan itu baro dari thaghut ?
Apakah para pelindung system syirik itu baro dari thaghut ?
Apakah para pendukung falsafah syirik itu kufur kepada thaghut ?
Apakah orang yang berjanji (bersumpah) untuk setia kepada sistem, falsafah dan Negara kafir itu kafir kepada thaghut ?
Apakah orang yang mengajarkan materi falsafah syirik itu kufur kepada thaghut ?
Apakah siswa/mahasiswa yang meng“iya”kan atau memuji falsafah syirik dalam lembaran ujian supaya mendapat nilai cukup untuk lulus dalam mata pelajaran falsafah syirik itu kufur kepada thaghut ?

Silahkan Anda jawab sendiri.

Orang Yang Dikafirkan Karena Syirik Akbar

Sebagaimana dinyatakan dalam ungkapan Syaikh Muhammad ibnu Abdil Wahhab rahimahullah orang pertama yang masuk dalam status tersebut adalah : “Orang yang menyekutukan Allah dalam uluhiyyah-Nya setelah kami jelaskan kepadanya hujjah tentang bathilnya syirik”.

Telah saya paparkan dalam risalah sebelumnya (Takfir Pelaku Syirik Akbar) dalil-dalil dari Al Qur’an, As Sunnah dan ijma juga perkataan para ulama tentang keharusan mengkafirkan pelaku syirik akbar, silahkan rujuk.

Tentang pengkafiran setelah tegaknya hujjah risaliyyah, sudah saya kupas pula dalam risalah “Siapakah Orang Musyrik Itu”. Intinya adalah bila hujjah risaliyyah belum tegak karena ada alasan fatrah umpamanya, maka pelaku syirik akbar tidaklah dikafirkan, namun statusnya adalah musyrik, bukan muslim.

Adapun penegakkan hujjah itu bukanlah berarti dia harus diberi penjelasan satu per satu, namun bentuk penegakan dan tegaknya hujjah adalah bermacam-macam, silahkan rujuk risalah HAQIQATUT TAUHID karya Syaikh Ali Al Khudlair dan risalah yang telah saya susun, yaitu FAMAN YAKFUR BITHTHAGHUT.

Orang yang ke dua adalah : “Orang yang menghiasi syirik di hadapan manusia”.
Orang macam ini adalah thaghut, karena dengan penghiasannya itu, berarti dia menyesatkan orang lain dengan mengajaknya pada kemusyrikan. Seperti :

Orang yang mengatakan bahwa meminta-minta kepada para wali yang sudah mati itu adalah bentuk pengagungan terhadap mereka.

Orang yang mengatakan bahwa Pancasila itu adalah hebat, karena bisa melindungi semua agama.

Para jurkam partai-partai yang masuk dalam sistem demokrasi.

Orang yang mengatakan bahwa masuk menjadi anggota dewan legislatif itu adalah bagian dari jihad, dll.

Orang yang ke tiga adalah : “Orang yang menegakkan syubhat-syubhat yang bathil dalam rangka membolehkannya”.

Golongan ini adalah thaghut juga, karena dengan perbuatannya itu dia mengajak orang-orang untuk berbuat syirik, seperti : orang yang membolehkan meminta kepada yang sudah mati dengan dalil-dalil yang samar atau dengan hadits palsu, seperti ungkapan sebagian mereka yang menisbatkan kepada Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam secara dusta : “Bila kalian mengalami kesulitan, maka cepatlah minta tolong kepada yang sudah dikubur.”

Juga seperti sabda Rasulullah yang disalahartikan dengan :
“Siapa yang meminta wasilah (perantara) kepadaku, maka dia pasti mendapat syafa’atku di hari Kiamat.”
Padahal yang benar adalah :

“Siapa yang memintakan wasilah untukku (kepada Allah), maka dia pasti mendapatkan syafa’atku pada hari Kiamat”

Begitu pula jika seseorang membolehkan syirik demokrasi dengan alasan syuro dan syubhat-syubhat lainnya.

Orang-orang yang masuk dalam sistem demokrasi memiliki tujuan perbaikan dalam hal-hal parsial, namun mereka melupakan tujuan yang pokok, yaitu Tauhid.

Orang yang ke empat adalah : “Orang-orang yang melindungi tempat-tempat kemusyrikan ini semuanya dan memerangi orang yang mengingkarinya dan berupaya memusnahkannya”

Seperti :
Para juru kunci kuburan-kuburan yang dikeramatkan –yang memfasilitasi ritual kemusyrikan, ed.- dan laskar-laskar yang membelanya.

Para penguasa thaghut yang melindungi falsafah dan sistem syirik dengan undang-undang mereka yang siap menjerat setiap muwahhid yang merongrongnya.

Mereka juga membuat peraturan-peraturan dalam rangka melestarikan tempat-tempat syirik dan budaya syirik, dengan dalih untuk menarik para wisatawan.

Para aparat keamanan yang siap melindungi falasafah, sistem, dan Negara serta undang-undang kafir. Sesungguhnya mereka adalah wali-wali syaithan, sebagaimana firman-Nya :
“...dan orang-orang kafir berperang di jalan thaghut.
Maka perangilah wali-wali syaithan itu, Sesungguhnya tipu daya syaithan itu amatlah lemah.” (An Nisa : 76)

Ikhwan Muwahhidin, demikianlah yang dapat saya jelaskan, mudah-mudahan kita bisa mengamalkannya. Shalawat dan salam semoga dicurahkan kepada Nabi kita, keluarga dan para sahabatnya. Wa aakhiru da’waanaa anil hamdulillahi rabbil ‘aalamiin.
(Jum’at, 16 Rabi’ Al Awwal 1425 H/ 07.05.04 M)